Salah satu warisan masyarakat Austronesia adalah budaya tutur. Mitos bidadari, Putri Duyung, Kawao, atau mantra penakluk badai adalah warisan budaya yang masih melekat kuat hingga saat ini. Begitupun legenda lainnya.
Di daerah pegunungan Kab. Polman, salah satu kisah nyata yang dikaitkan dengan mistik adalah legenda Pappa yang dikenal oleh masyarakat kecamatan Tutar atau Takune oleh masyarakat kecamatan Tapango, juga masih wilayah Polman.
Makhluk ini dipercaya akan terkhusus muncul memakan buah-buah durian saat musim berbuah.
Pappa aktif pada malam hari. Sebagaimana dituturkan oleh salah seorang warga desa Pollewani, Tutar, Aminuddin alias Papa Codda menyebutkan ciri-ciri makhluk ini. Menurutnya, Pappa mempunyai ciri seperti monyet, berbulu sangat lebat dan berwarna gelap hingga menutupi bagian wajahnya, dengan mata merah. Selain hanya melihat tubuhnya, belum ada cerita bahwa ada orang yang pernah melihat wajah Pappa. Uniknya, mahluk ini mempunyai postur segi empat setinggi kira-kira 50 senti meter. Bentuk ini yang menjadi muasal penyebutannya sebagai Pappa atau dalam bahasa Tutar berarti rata.
Pappa secara umum cenderung jinak dan akrab dengan keberadaan manusia, Pappa tidak segan untuk mengambil lansung buah durian dari tangan manusia. Makhluk ini juga bergerak sangat lincah. Konon saat berpindah tempat di atas tanah, Pappa lebih condong terlihat meluncur daripada berlari.
Mitosnya lagi, Pappa bisa berubah menjadi sangat besar saat menampakkan diri di hadapan orang yang tidak dia sukai. Sebaliknya terlihat manja saat di depan orang yang dia sukai.
Konon, ada orang yang "memelihara" makhluk yang diyakini sebagai makhluk gaib oleh masyarakat Tutar ini. Mereka dipelihara untuk tujuan menjaga kebun orang yang memeliharanya dari gangguan monyet liar atau babi hutan yang menjadi hama dan seringkali merusak tanaman para petani.
Absurd ?. Bisa jadi, dan itulah ciri khas cerita mitos. Nyata, tapi agak sulit dipercaya. Tidak dipercaya, tapi diyakini oleh masyrakatnya. Namun apapun cerita sebenarnya, yang terpenting adalah kita harus menjaga alam sebagai anugerah. Ingat !, anak cucu kita juga berhak menikmati alam yang asri dizaman mereka nanti.